Jumat, 31 Desember 2010

Mendiknas Simulasikan Nilai UN

Formula nilai akhir penentu kelulusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat, serta sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat, ditetapkan dengan menggabungkan nilai mata pelajaran ujian nasional (UN) dengan nilai sekolah. Nilai akhir adalah pembobotan 60 persen nilai UN ditambah 40 persen nilai sekolah. Formula ini akan digunakan pada UN Tahun Pelajaran 2010/2011.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan hal tersebut pada jumpa pers akhir tahun di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Kamis (30/12). Mendiknas mengatakan, formula UN merupakan hasil kesepakatan bersama Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) selaku penyelenggara UN dan atas rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat. "Kalau dulu UN sendiri dinilai hasilnya berapa. Kalau dia memenuhi 5,5 ke atas lulus. Pada 2011 dikombinasikan antara ujian yang dilakukan secara nasional, dengan prestasi atau capaian waktu dia sekolah kelas 1,2, dan 3," katanya.

Hadir pada acara tersebut Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Sekretaris Jenderal Kemdiknas Dodi Nandika, WKS Inspektur Jenderal Kemdiknas Wukir Ragil, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas Djoko Santoso, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemdiknas Baedhowi, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Suyanto, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdiknas Mansyur Ramly, dan Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Hamid Muhammad.

Mendiknas mengatakan, syarat kelulusan lainnya adalah nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00 dan tidak ada ujian ulangan. "Bagi yang tidak lulus dapat mengikuti Ujian Paket C untuk SMA," ujarnya.
Dia menjelaskan, seorang siswa sedikitnya harus meraih nilai 4 pada UN agar dapat lulus dengan syarat nilai ujian sekolahnya 8. Dengan menggabungkan kedua nilai tersebut maka nilai akhir diperoleh 5,6 di atas nilai minimal 5,5. "Kalau nilai ujian sekolah 7 belum lulus. Nilai aman UN adalah 6," katanya saat menyimulasikan nilai UN.

Mendiknas melanjutkan, berdasarkan hasil pemantauan berita selama 2010, UN menempati urutan pertama dari 10 isu pemberitaan pendidikan 2010. Dia menyebutkan, jumlah pemberitaan terkait UN sebanyak 1.899 (20,1%), disusul guru 974 (10,3%) berita, dan penerimaan peserta didik baru 537 (5,7%) berita. "Yang paling banyak urusan UN. Itu menunjukkan bahwa UN menjadi perhatian publik," katanya.

Mendiknas memaparkan, capaian kinerja 2010 dan program Kemdiknas 2011. Secara umum, kata Mendiknas, serapan anggaran Kemdiknas mencapai 89,29 persen per 27 Desember 2010. Adapun anggaran Kemdiknas pada 2011 Rp55,6 triliun. "Tidak ada pengurangan dari sisi anggaran. Alokasi BOS dikirim ke daerah," ujarnya.

Mendiknas menambahkan, sebanyak 20 persen anggaran APBN digunakan untuk fungsi pendidikan yang ada di 17 kementerian/lembaga. Mendiknas menyebutkan, anggaran fungsi pendidikan pada 2011 Rp243 triliun. Namun demikian, kata Mendiknas, anggaran tersebut tidak boleh digunakan untuk sekolah kedinasan seperti Akademi Kepolisian dan Akademi Militer. "Sekolah kedinasan tidak boleh memanfaatkan dana fungsi pendidikan," katanya.

Sumber : www.kemdiknas.go.id

READ MORE - Mendiknas Simulasikan Nilai UN

Selasa, 28 Desember 2010

Inilah Rumus Kelulusan antara Nilai UN dan Nilai Sekolah

Rumus KelulusanPemerintah dan Badan Standar Pendidikan Nasional telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Mei 2011.
Ujian nasional (UN) utama untuk SMA/SMK digelar pada minggu pertama Mei 2011, sedangkan untuk SMP pada minggu kedua Mei 2011. Adapun UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian. Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.
Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta.
Kegiatan tersebut selain untuk mensosialisasikan juga meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi.Pemerintah memnag telah memgang formula baru. Namun, sebelum ditetapkan secara resmi, pemerintah dan BSNP meminta masukan dari daerah apakah perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 bisa diterima dengan baik.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprhensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul tiap tahun diharapkan bisa berhenti.
"Kita nantinya mesti lebih fokus pada apa yang perlu dikerjakan atau diperbaiki dari hasil UN," ujar Nuh.
Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, namun bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah.
Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan rencananya dipatok minimal 5,5. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN.
Rumus yang ditawarkan pemerintah untuk nilai gabungan = (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah). Nilai sekolah dihitung dari nilai rata-rata ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 untuk tiap mata pelajaran UN.
Nuh mengatakan bobot UN mesti lebih besar dari nilai sekolah untuk mengontrol hasil kelulusan. Pasalnya, dari data-data yang ada masih banyak sekolah yang me-mark up nilai siswa.
Dengan formula baru ini, rencananya akan dipatok nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00. Integrasi nilai UN dan nilai sekolah ini diharapkan jadi pendorong untuk menganggap penting semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3.
Adapun kriteria kelulusan ujian sekolah diserahkan kepada sekolah. Nilai sekolah merupakan nilai rata-rata dari ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 setiap mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah.

Sumber : www.tribunnews.com

READ MORE - Inilah Rumus Kelulusan antara Nilai UN dan Nilai Sekolah

Tiga Skenario Rekrutmen Guru

Indonesia masih membutuhkan sedikitnya 200 ribu guru baru untuk menggantikan posisi guru yang memasuki masa pensiun, guru bidang studi baru, serta kebutuhan guru di daerah baru. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) telah menyiapkan tiga skenario rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tiga skenario itu diproyeksikan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh mengemukakan, kebutuhan guru jangka pendek dapat diatasi dengan merekrut lulusan S1/D4 yang berminat menjadi guru. "Kebutuhannya tiap tahun. Oleh karena itu, tidak mungkin mengandalkan dari awal, sehingga kita siapkan yang fresh graduate," kata Nuh seperti dikutip dari keterangan tertulis Kemdiknas, Selasa (23/11/2010). 
Para lulusan baru tersebut akan mengikuti pendidikan profesi selama dua semester atau satu tahun sebelum mengajar. Karena itu, Kemdiknas juga akan merintis pendidikan profesi bagi para guru baru pada 2011.
Skema kedua disiapkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan guru jangka menengah, yakni dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang duduk di semester V atau VI untuk menjadi guru. Para mahasiswa yang berminat menjadi guru bisa pindah jalur, sehingga tidak perlu lagi mengikuti pendidikan profesi satu tahun ketika lulus kuliah. "Jadi pendidikan profesi embedded, sudah melekat di situ," imbuh Nuh.
Terakhir, Kemdiknas menyiapkan kebutuhan guru untuk jangka panjang melalui pendidikan sarjana bagi lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat. Lazimnya, lama pendidikan sarjana untuk profesi guru adalah 4 hingga 5 tahun.
"Layaknya seperti pendidikan kedokteran, mereka yang masuk di fakultas kedokteran, 99 persen ingin menjadi dokter. Guru nanti juga begitu. Masuk di Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) atau jurusan lain memang mau menjadi guru," kata Nuh. 
Mulai 2011, Kemdiknas akan merintis delapan LPTK di perguruan tinggi untuk menyiapkan pendidikan bagi calon guru. Pada tahap awal, kedelapan LPTK tersebut direncanakan merekrut 1.000 lulusan SMA dan sederajat. Selama mengikuti pendidikan, mereka akan diasramakan. "Sekarang kita lengkapi asramanya khusus bagi calon guru," ujar Nuh.
Hari ini Nuh juga membuka Seminar Guru Nasional 2010 di Kemdiknas, Jakarta. Hadir dalam seminar tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kemdiknas Baedhowi, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdiknas Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kemdiknas Hamid Muhammad, dan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo.

Sumber : www. okezone .com

READ MORE - Tiga Skenario Rekrutmen Guru

Pengaktifan Otak Tengah Bangkitkan Kecerdasan Anak

Sebuah pendekatan tergolong baru dan fenomenal dalam dunia pendidikan dengan metode aktivasi otak tengah untuk membangkitkan kecerdasan anak terus dikenalkan kepada para orang tua.
Untuk pertama kalinya metode yang dikembangkan Sekolah Anak Jenius yang berkantor di Malang, Jawa Timur, itu diperkenalkan di Denpasar, Bali. Para orang tua dari berbagai kalangan mulai wartawan hingga pejabat, langsung merespons dengan mengajak anak-anak mereka mencoba mengikuti training selama dua hari, sejak Minggu (26/12/2010) kemarin.
"Kami menggunakan pendekatan lewat pengaktifan otak tengah untuk meningkatkan daya ingat dan memori anak," kata Ahmad Affandy, trainer pengaktifan otak anak disela-sala training di sebuah Hotel di Denpasar.
Affandy menjelaskan, metode belajar yang diterapkan kepada anak adalah metode aktivasi otak tengah. Biasanya metode tersebut diterapkan pada anak usia 5 hingga 15 tahun, sebab pada usia ini dinilai tepat saat anak berada pada masa perkembangan.
Dia menjelaskan, dalam motode ini, anak-anak lebih banyak diajak belajar dengan sistem bermain, sehingga mereka senantiasa dalam suasana senang dan gembira yang memungkinkan untuk lebih mudah membangkitkan daya ingatnya.
Dikatakan, inti dari pendekatan tersebut adalah memasukkan hal-hal tentang pengembangan diri agar anak-anak bisa berkembang secara optimal. Mereka dilatih berkonsentrasi dengan cara matanya ditutup dengan kain, untuk melakukan sesuatu seperti berjalan dengan banyak rintangan hingga menggambar.
Dalam pelatihan yang diikuti sembilan anak SD dan SMP itu, mereka belajar bagaimana mengotimalkan indera penciuman, peraba untuk mengenali barang atau sesuatu, termasuk untuk membedakan warna.
Dari pelatihan dengan metode tersebut, mereka mengaku lebih mudah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu seperti menulis, menggambar hingga mengidentifikasi suatu benda.
"Ketika otak sudah diaktifkan, anak-anak lebih mudah berkonsentrasi, bahkan muncul fenomena dalam diri mereka yang berbeda-beda, misalkan melihat kartu, gambar, warna bola dengan mata tertutup," ucap Affandy.
Metode yang dilakukan secara ilmiah tersebut lebih menitikberatkan pada motivasi, penciptaan kondisi nyaman dan menyenangkan bagi anak, senam otak serta kolaborasi peralatan elektronik dan gelombang suara.
Salah seorang siswa kelas III SMP yang mengikuti training itu mengakui meski awalnya banyak melakukan kesalahan, namun kini ia mampu lebih berkosentrasi dan memaksimalkan indera penciuman.
"Saya senang sekali, sekarang mulai bisa membedakan warna tidak dengan cara melihat namun dengan mencium dan meraba benda itu," ujar Wira yang anak seorang wartawan di Denpasar.

Sumber : www.Okezone.com

READ MORE - Pengaktifan Otak Tengah Bangkitkan Kecerdasan Anak

Sabtu, 04 Desember 2010

Mendiknas Siapkan UN Baru

JAKARTA – Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memastikan segera ada formula baru sistem ujian nasional (UN) yang akan ditawarkan kepada Komisi X DPR.
Mendiknas M Nuh menyatakan, formula baru UN akan disampaikan tepat waktu pada rapat kerja dengan Panitia Kerja UN DPR mendatang. Dia juga memastikan konsep baru tersebut tidak akan menimbulkan kontroversi bagi sekolah dan orang tua. “Kita tunggu saja formulanya. Kita siapkan secara komprehensif,” katanya di Jakarta kemarin. Menurut M Nuh, pihaknya bersama Panja UN DPR akan membahas bersama-sama dalam rapat kerja pekan depan.
Salah satunya menyangkut mekanisme kelulusan siswa yang selama ini hanya terpaku pada hasil UN. Mantan Rektor ITS ini menegaskan, ke depan pemerintah tidak dapat berjalan sendiri lagi dalam penetapan UN ini. “Karena itu, kami akan bertemu Komisi X,” ujarnya. Selain itu, pihaknya juga akan membahas teknis pengawasan UN agar kebocoran soal dan kecurangan semakin minim sehingga perlu dilibatkan pemangku kepentingan lainnya misalnya kalangan perguruan tinggi.
Mantan menteri komunikasi dan informatika ini juga menegaskan tentang perlunya pelaksanaan UN. Menurut dia, putusan Mahkamah Agung(MA) beberapa waktu lalu menyatakan bahwa UN tidak melanggar hak anak. “Anak jangan dimanjakan. Kalau tidak ada UN, mau jadi apa anak Indonesia,” lugasnya. Kepada pihak yang selama ini menolak ada UN ataupun mengancam untuk memangkas anggaran pendidikan jika UN tetap dilaksanakan, Mendiknas meminta mereka untuk berpikir dengan nalar akademik.
Dia tidak mau berkonfrontasi dengan pandangan yang menolak karena alasan nonakademik. Sementara itu, Ketua Panja UN DPR Rully Chairul Azwar mengatakan, kesimpulan akhir untuk pelaksanaan UN tahun ini memang belum bulat. Tetapi, keinginan untuk memperbaiki UN guna mengakomodasi keinginan masyarakat harus tetap dilakukan. Faktor kejujuran dalam pelaksanaan UN juga masih dipertanyakan banyak kalangan. “Adanya kebocoran dan kecurangan akan sangat berpengaruh pada kredibilitas UN dan mutu pendidikan nasional,” katanya.
Karena itu, dalam panja muncul wacana untuk membuat soal UN hingga 20 jenis yang berbeda dengan bobot kesulitan yang sama. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisasi kecurangan yang terjadi saat pelaksanaan UN. Sebelumnya Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramli mengaku hingga saat ini Kemendiknas belum mempunyai formulasi final untuk UN tahun depan lantaran masih harus dikaji apakah kombinasi nilai UN dengan rapor itu bisa dilakukan dan tidak memveto.
Selain itu, pihaknya juga masih mengkaji peraturan perundangan tentang kelulusan UN dan ujian akhir sekolah. DPR memberikan tenggat waktu sampai Rabu (8/12/2010) pekan depan kepada Kemendiknas untuk menyerahkan draf formula baru tersebut. Jika itu belum selesai, Panja DPR akan merekomendasikan pembatalan pelaksanaan UN tahun depan.
Panja UN mengusulkan agar UN bukan menjadi penentu kelulusan siswa. Untuk itu, ada empat persyaratan yang harus dipenuhi jika UN tetap dilaksanakan di antaranya hasil UN tidak bisa memveto atas kelulusan, digelar sesuai peraturan perundangan, mampu meningkatkan mutu pendidikan, dan tidak timbul kecurangan.(Koran SI/Koran SI/mbs)

Sumber: Okezone

READ MORE - Mendiknas Siapkan UN Baru