Selasa, 31 Agustus 2010

KTSP Silabus RPP SMA / MA Semester 1

Download KTSP Silabus RPP Prota Promes SMA / MA Semester 1

  • KTSP Silabus RPP Bahasa Indonesia kelas X download
  • KTSP Silabus RPP Bahasa Indonesia kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Bahasa Indonesia kelas XII download
  • KTSP Silabus RPP Bahasa Inggris kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Bahasa Inggris XII download
  • KTSP Silabus RPP PKn kelas X download
  • KTSP Silabus RPP PKn Kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP PKn kelas XII download
  • KTSP Silabus RPP Biologi kelas X download
  • KTSP Silabus RPP Biologi kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Biologi kelas XII download
  • KTSP Silabus RPP Kimia kelas X download
  • KTSP Silabus RPP Kimia kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Kimia kelas XII download
  • KTSP Silabus RPP Penjas kelas X download
  • KTSP Silabus RPP Penjas kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Penjas kelas XII download
  • KTSP Silabus RPP Sejarah kelas X download
  • KTSP Silabus RPP Sejarah kelas XI download
  • KTSP Silabus RPP Sejarah kelas XII

Anda yang ingin download KTSP, Silabus atau RPP SMP / MTs silakan klik di sini, di situ, di sana

READ MORE - KTSP Silabus RPP SMA / MA Semester 1

Senin, 30 Agustus 2010

Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak Dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajarnya

ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari adanya kesadaran akan peran orang tua utamanya ayah dalam pendidikan anak sesuai pilar MBS sebagai perwujudan reformasi pendidikan di Indonesia ditambah belum adanya studi tenatng itu. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi jenis peran ayah dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, seberapa tinggi tingkat peran ayah dan adakah hubungannya dengan prestasi belajar anak. Subyek penelitian ini 90 orang ayah dan 90 siswa kelas VI SD Laboratorium UKSW. Data yang dikumpulkan dengan angket dan studi dokumen daftar nilai ini dianalisa dengan teknik prosentase dan korelasi Kendall's Tau B dengan program SPSS Release 10.0. Hasil yang diperoleh ternyata peran ayah adalah sebagai provider (pada aras tinggi), pembimbing/ promblem solver (pada aras sedang), pendidik/teacher (pada aras tinggi), dan teladan/model (pada aras sedang). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara peran ayah sebagai provider dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, nilai IPA dan IPS anaknya; Kegiatan ayah "menyediakan tempat belajar" dan "memberitahu cara mengatur jadwal" berkorelasi positif dengan nilai IPA, dan kegiatan "menandatangani buku konsultasi/PR" dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, Bahasa Indonesia dan IPS.
Selain itu juga terdapat korelasi negatif antara peran ayah sebagai pembimbing/problem solver dengan nilai Matematika anak; Kegiatan "memberitahu langkah-langkah yang perlu dilakukan" dengan nilai Matematika, "menanyakan apakah ada PR/tugas" dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, "menanyakan nilai yang diperoleh anak" dengan nilai Bahasa Indonesia, dan "menjelaskan perlunya belajar/sekolah dengan rajin" dengan nilai Bahasa Indonesia, Matematika dan IPS. Dengan temuan seperti itu, perlu disadari oleh guru/sekolah betapa pentingnya peran ayah dalam upaya peningkatan mutu/prestasi belajar siswa apalagi dalam dan melalui MBS.
Kata kunci : peran ayah : provider, problem solver, teacher, model, dan presstasi belajar. PENDAHULUAN
Ki Hajar Dewantoro memiliki keyakinan bahwa pendidikan bagi bangsa Indonesia harus dilakukan melalui tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai sekarang keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia.
Sesuai UUSPN pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan informal/keluarga ke formal/sekolah memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Sehingga diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di sekolah (Idris, Z, 1981). Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya, menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah dan atau membuat pekerjaan rumahnya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasan-kebiasan. Selain itu peranan keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, ada kontinuitas antara materi yang diajarkan di rumah dan materi yang diajarkan di sekolah (Bandingkan dengan Peters, 1974).
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan kehidupan yang menerpa keluarga beserta dampak krisis yang ditandai dengan bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan peran keluarga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga. Struktur, pola hubungan, dan gaya hidup keluarga banyak mengalami perubahan. Kalau dulu biasanya ayah berperan sebagai pencari nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, maka sekarang banyak di antara keluarga (khususnya di kota-kota) yang tidak lagi seperti itu. Begitu pula kebiasan hidup lama dalam keluarga besar dengan banyak saudara yang disertai kakek/nenek dan bertetangga dengan famili dekat, maka sekarang banyak di antara keluarga yang kondisinya sudah menjadi sangat lain. Sekarang mereka hidup dalam keluarga-keluarga kecil tanpa nenek dan kakek dengan lingkungan tetangga yang sama-sama sibuk dan bukan saudara lagi.
Terlepas dari ragam dan jenis permasalahan keluarga yang begitu banyak, demikian juga bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang terjadi, pergeseran-pergeseran tersebut membuat semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga yang pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu terhadap pendidikan anak. Untuk dapat berkembang secara sehat dan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, dengan sendirinya anak dan orang tua perlu melakukan penyesuaian (Semiawan, C.R. 1999/2000).
Pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak telah disadari oleh banyak fihak, kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam reformasi pendidikan pun menempatkan peranan orang tua sebagai salah satu (dari 3) pilar keberhasilannya.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anaknya menunjukkan peningkatan prestasi belajarnya, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anaknya untuk belajar sampai di Perguruan Tinggi, bahkan setelah bekerja dan berkeluarga (NCES: 1998, Daugherti dan Kurosaka: 2002). Peranan ayah menjadi menarik untuk dikaji mengingat makin banyak ibu yang semula sebagai ibu rumah tangga kini menjadi wanita karir/bekerja sehingga kesempatan, perhatian, dan perlakuannya terhadap anak menjadi berkurang. Konsekuensinya semula ayah di samping tetap berkonsentrasi sebagai tulang punggung ekonomi keluarga yang tetap bekerja juga di tuntut lebih banyak berperan dalam pendidikan anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian di AS terhadap 15.000 remaja sebagai sampelnya menujukkan jika peranan ayah dalam pendidikan anak berkurang/ terabaikan atau tak dilakukan maka terjadi peningkatan yang signifikan: (1) Jumlah anak putri belasan tahun hamil tanpa menikah, (2) Kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak, dan (3) Patologi psiko-sosial (Daugherti dan Kurosaka: 2002). Lebih lanjut ditemukan juga bahwa absennya peranan ayah jauh lebih signifikan dampak negatifnya bagi anak (seperti di atas) dibanding absennya peranan ibu. Maka wajar jika US Departemen of Justice pada tahun 1988 menyatakan bahwa ketidak-adanya peranan ayah dalam pendidikan anak menjadi prediktor yang paling signifikan bagi tindak kriminal dan kekerasan anak-anaknya (Fathering Interprises: 1995-1996).
Sebaliknya, sejalan dengan temuan Daugherti dan Kurosaka (2002), jika dalam keluarga ayah berperan dalam pendidikan anaknya, akan meningkatkan prestasi belajarnya, pengembangan potensi keteguhan perkawinannya kelak setelah dewasa/berkeluarga (Mitcalf: 2002). Mengingat demikian penting peranan ayah apalagi dalam masyarakat yang patrilinear ini, maka studi tentang peranan ayah dalam pendidikan anak menjadi bermanfaat dalam reformasi pendidikan utamanya melalui peningkatan mutu atau yang lebih populer dengan MPMBS, apalagi dikaitkan dengan prestasi belajar anak. Selain itu, studi ini juga mendesak mengingat sepanjang pengetahuan penulis, studi semacam ini belum ada di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapatlah diidentifikasi minimal 5 masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apa peranan orang tua - terutama ayah - dalam pendidikan anak, jika telah ditemukan, adakah perbedaannya dengan peranan ibu?
2. Seberapa tinggi peranan ayah bagi anaknya laki maupun perempuan, adakah perbedaannya?
3. Adakah hubungan peranan ayah dengan tingkat pencapaian hasil belajar (bidang akademik) anaknya?
4. Apakah terdapat hubungan antara peranan ayah dengan perkembangan anak dalam bidang perkembangan kepribadian, sosial, dan moral?
5. Apa yang dapat dilakukan oleh guru/sekolah yang memegang satu pilar MBS untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kerjasama dengan orang tua agar berperan dalam pendidikan anaknya. Mengingat terbatasnya dana, waktu, dan tenaga, maka penulis memilih dan membatasi masalah penelitian ini hanya pada no 1, 2, dan 3 di atas itupun difokuskan hanya pada peranan ayah dengan mengabaikan perbedaan terhadap anak laki/perempuan. Penelitian dilakukan di SD Laboratorium UKSW Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam keluarga A.S. seperti yang diamati McAdoo (2002) berkaitan dengan peran ayah disimpulkan bahwa banyak ayah yang mengambil bagian dalam pendidikan anaknya, membahasnya dengan guru tentang penyesuaian anaknya, dan mengajarkan tentang ketrampilan-ketrampilan menghadapi tantangan di masyarakat. Untuk itu ayah memainkan peranan sebagai: (1) Provider (penyedia dan pemberi fasilitas), (2) Protector (pemberi perlindungan), (3) Decision Maker (pembuat keputusan), (4) Child Specialiser and Educator (pendidik dan yang menjadikan anak sosial) dan (5) Nurtured Mother (pendamping ibu).
Menurut Riley & Shalala (2000) dan Brown (2000) peran ayah itu spesial karena mempunyai efek bagi anak "What's Special about Father's Involvement?". Menurutnya ada 4 peran yaitu: (1) Modeling adult male behavior, (2) Making Choices, (3) Problem Solving abilities, (4) Providing Finansial and Emotional Support. Sedangkan Evans (1999) menyebut peranan ayah pada umumnya itu dengan Five Ps yaitu: (1) Problem-Solver, (2) Playmate, (3) Punisher, (4) Provider, dan (5) Preparer.
Selanjutnya dengan mengadakan analisa faktor DADS inventory, Hilliard (1996) menemukan peran ayah dalam hubungannya dengan anak menjadi 3 faktor yaitu Communication, Commitment, dan Religiosity.
Jain, Belsky dan Crnic (1996) menyimpulkan peran ayah kedalam 4 tipe yang ditentukannya yaitu (1) Caretakers, (2) Playmates-Teacher, (3) Disciplin-arians, dan (4) Disengaged. Beda dengan Hart (1999) yang tegas langsung mengatakan arti keterlibatan ayah bagi anaknya sebagai: (1) Economic Provider, (2) Friend and Playmate, (3) Caregiver, (4) Teacher and Role Model, (5) Monitor and Disciplinarian, (6) Protector, (7) Advocate, dan (8) Resource. Rocky Mountain Family Council (2002) mengutip Kyle Pruett yang menyatakan bahwa anak-anak yang sukses ayahnya mendemonstrasikan: tanggung jawab, membantu membentuk perilakunya yang tepat dan mantap, memberi contoh bagaimana menghadapi (persoalan) hidup sehari-hari, serta perlunya prestasi (belajar) dan produktivitas.
Selanjutnya berkaitan dengan apa yang dilakukan ayah dalam memainkan peranan bagi pendidikan anaknya. Seiderman dalam Parenting Pathaways (1998) menyatakan peran ayah itu adalah: (1) Spend as much time with your child as possible, (2) Take an active role in your child development, (3) Get involved with your child's education, (4) Be a role model for your child, (5) Make sure your child is in good health.
The Family Workers (2002) menyimpulkan bahwa ayah siswa SD s/d SMTA sekarang ini terlihat berperan serta dalam membantu anak dalam belajar/mengerjakan PR, pada akhir pekan mengajak anak-anaknya ke museum, dan menjadi relawan di sekolah anaknya. Sedangkan menurut Jacobson (1996) khusus bagi anak perempuan peranan yang disarankan agar ayah: (1) Do something you're comportable with, (2) Don't under estimate the kids, (3) Hold their attention, and (4) Enjoy yourself, sesudah ke 4 hal tadi kemudian terlibatlah dengan (5) Let the girl do the work, and (6) Get other father's involved.
Dalam keluarga menurut Riley & Shalala (2000) ayah dapat (1) Read with their children, (2) Establish a daily routine, (3) Make the most of bedtime, and (3) Bedtime is a terrific opportunity for fathers to connect with their children. Sedangkan menurut Bloir (2002) terdapat 10 langkah kegiatan untuk menjadi ayah yang lebih baik di rumah yaitu: (1) Use genuine encounter moments, (2) Actions speak louder than words, (3) Give children appropriate ways to feel power, (4) Use natural consequences, (5) Use logical consequences, (6) Withdraw from conflict, (7) Separate the deed from the doer, (8) Be consistent and follow through, (9) Parent with the "end" in mind, and (10) Be kind and firm at the same time.
Di sekolah Menurut Riley & Shalala (2000) ayah dapat: (1) Participate in efforts to keep their children's schools or childcare centers safe, (2) Plan for the future by talking with their children and school counselors about future high school courses and postsecondary career options, (3) Attend parent-teacher conferences and school or class events, (4) Volunteer at school, (5) Visit their child's school or center, (6) Meet their child's teachers and learn about school curriculum, and how to become involved in activities, (7) Pitch in to help meet school and program needs, such as installing new playground equipment, cooking at a school picnic or painting and repairing school property, and (8) Join the Parent Teacher Association or other parent groups at their child's school or childcare center. Menurut The Family Works ( 2002) ayah di sekolah berperan sebagai berikut: (1) Impress on your child how important it is to get a good education and to do your very best at school, (2) visit your child's classroom, volunteer to chaperon a field trip, prepare a treat for a special occasion, (3) talk with your child at home about what is happening at school, and (4) initiate contact with school staff. Di masyarakat menurut Riley & Shalala (2000) ayah dapat: (1) Play or coach a game or sport they like with their children on a regular basis, (2) Become involved in community activities by joining a community group, place of worship, union or professional group to participate with their children in an ongoing service activity, (3) Take time for family outings to places such as libraries, zoos, museums, concerts and sports events or other recreational events, and (4) Use their community learning center to participate in after-school and evening educational and recreational activities.
Pada akhirnya NCOFF (2001) telah berhasil mengembangkan indikator ayah sebagai kerangka kerja/alat untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut: (1) father presence - engagement, availability and responsibility; (2) care-giving - nurturance and maintenance of child's well-being, health and appearance; (3) social competence - efforts to develop and enhance child's social competence and academic achievement; (4) cooperative parenting - parents and other caregivers have a supportive, interdependent relationship aimed at optimal child development; (5) fathers' healthy living - serving as a role model through healthy lifestyle, education and appropriate social behaviors; and (6) material and financial contributions - engaging in consistent activities that provide material and financial support to children. Berdasarkan penelusuran literatur seperti di atas dapatlah penulis fahami bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak adalah seperangkat kegiatan terpola yang biasa/sering dilakukannya sebagai: 1. Provider yaitu Penyedia fasilitas belajar: tempat dan peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-hari, buku konsultasi/PR/ latihan. 2. Teacher atau Pendidik: menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan, menegur bila anak lali tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu. 3. Problem Solver atau Pembimbing: membantu memcahkan masalah anak dan pembuat keputusan dalam belajar/sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, menceknya, dan menanyakan nilai yang diperoleh di sekolah. 4. Model atau Teladan kehidupan rutin setiap hari: mengatur waktu nonton TV, menyuruh anak belajar sesuai jadwal.
PERAN AYAH DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRESATASI BELAJAR ANAK
Ayah menurut Bloir (2000) dapat berperan penting bagi perkembangan pribadi anak, baik sosial, emosional maupun itelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh motivasi, kesadaran dirinya, dan identitas skill serta kekuatan/ kemampuan-kemampuannya sehingga memberi peluang untuk sukses belajarnya, identitas gender yang sehat, perkembangan moral dengan nilainya dan sukses lebih primer dalam keluarga dan kerja/kariernya kelak. Terhadap semua itu pengaruh peran ayah yang paling kuat adalah terhadap prestasi belajar anak dan hubungan sosial yang harmonis.
Menurut National Parent Teacher Asosiation (2002) yang mendasarkan hasil-hasil penelitian selama 30 tahun terakhir, menyimpulkan manfaat peran ayah bagi anak adalah makin baiknya tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional, ketrampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak belajar sehingga prestasi belajarnya lebih tinggi sering mendapat nilai A (9-10), kehadiran sekolah lebih tertib/disiplin serta aktif dalam ekstrakurikuler, menyelesaikan dengan tepat dan benar PR, bersikap lebih positif terhadap sekolah, masuk ranking yang lebih tinggi dan setamat SMTA memasuki Perguruan Tinggi favorit.
Di samping siswa mendapat nilai yang tinggi, mereka memiliki sikap yang positif terhadap sekolah sehingga rajin mengikuti kegiatan baik intra maupun ekstra kurikuler, akan menangkal anak dari keterlibatannya dalam kenakalan remaja, seperti mangkir, tawuran, miras, narkoba, kehamilan dini dan kriminalitas (bandingkan dengan Hart 2002, ESRC, 2001, Brown, 2000, Riley dan Shalala, 2000, Evan, 1999, Nord, 2000, US Dept. of Education, 2002).
Bagaimana sederet pengaruh positif itu terwujud? Menurut Hart (1999) sesuai peran ayah sebagai "Economic Provider," ayah memenuhi kebutuhan finansial anak untuk biaya sekolah, membeli peralatan belajar, dan perlengkapannya sehingga anak merasa aman mengikuti pelajaran, dan dapat belajar dengan lancar di rumah; Sebagai "Friend and Playmate", melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau/humor yang sehat, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga problem, kesulitan dan stress dapat dikeluarkan, pada akhirnya tidak mengganggu belajar dan perkembangannya; Sebagai "Caregiver" ayah dapat dengan sering melakukan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk sehingga membuat anak merasa nyaman dan penuh kehangatan; Sebagai "Teacher and Role Model" ayah bertanggung jawab mengajari tentang apa saja yang diperlukan anak untuk kehidupan selanjutnya dalam berbagai kehidupan melalui latihan dan teladan yang baik sehingga berpengaruh positif bagi anak; Sebagai "Monitor and Disiplinarian", ayah memonitor/mengawasi perilaku anak, begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan bisa segera terdeteksi sehingga disiplin perilaku anak bisa pula segera ditegakkan; Sebagai "Protector" ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak sehingga anak terbebas dari kesulitan resiko/bahaya selagi ayah atau ibu tidak bersamanya; Sebagai "Advocate" ayah siap membantu, mendampingi dan membela anak jika ada kesulitan/masalah, dengan demikian anak merasa aman, tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, dan itu adalah ayahnya sendiri; Sebagai "Resource" dengan berbagai cara dan bentuknya, ayah dapat mendukung keberhasilan anak (bandingkan dengan Byrum 1996, Riley dan Shalala 2000, Brown 2000).
Hasil penelitian US Departement Of Education yang di acu Wood Elementary Dad's Club (2002) diperoleh bahwa siswa-siswa yang mendapat nilai A (Setara 9-10) ternyata 51% ayah dan ibu yang berperan pada aras tinggi, atau 48% hanya ayah saja yang berperan tinggi, atau 44% hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 27% baik ayah maupun ibu yang berperan pada aras yang rendah. Sedangkan di kalangan siswa yang tinggal klas, 6% saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 21% baik ayah maupun ibu yang berperan rendah. Ditemukan juga oleh Nord (1998) bahwa dikalangan siswa yang mendapat nilai A (setara 9-10) separo siswa ternyata hanya ayahnya saja yang berperan pada aras tinggi, dan sepertiga siswa ternyata ayahnya hanya berperan pada aras yang rendah. Berdasarkan paparan di atas dapatlah difahami betapa penting peranan ayah bukan hanya untuk keberhasilan belajar anak, tetapi juga untuk keseluruhan aspek perkembangan anak baik masa anak sekolah bahkan sampai anak dewasa berkeluarga dan berkarya. Sehubungan dengan prestasi belajar anak, ternyata peran ayah jauh lebih signifikan daripada peran ibu. Besarnya pengaruh peran ayah yang tinggi ternyata dua kali lipat dari peran ayah yang rendah.
HASIL PENELITIAN
Angket yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari 15 item yang sudah teruji memenuhi sayarat yaitu memiliki Corrected item-total correlation minimal 0,400., dan memiliki reliabilitas Alpha sebesar 0,8377 dan ini termasuk kategori bagus (good) (Suhartono, 1999). Hasil analisis diperoleh jumlah ayah yang berperan bagi anaknya seperti tabel 1 berikut ini. Tabel 1
Jumlah/prosentase ayah menurut peran/kegiatannya
No Peran /Kegiatan Jumlah %
I Provider 67 74,4
1. Menyediakan tempat belajar yang memadai. 76 84,4
2. Membelikan buku dan alat-alat tulis. 71 78,9
3. Memberitahu bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajar. 55 61,1
4. Menandatangani buku konsultasi/PR. 66 73,3
II. Pembimbing/Problem Solver 48,8 54,2
5. Memberitahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam belajar. 56 62,2
6. Menanyakan apakah ada PR/tugas-tugas yang perlu dikerjakan 46 51,1
7. Mencek apakah anak sudah belajar/mengerjakan tugas-tugasnya. 35 38,9
8. Menanyakan nilai/hasil belajar anak. 46 57,1
9. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak. 61 67,8
III. Pendidik/Teacher 67,3 74,7
10. Menjelaskan mengapa anak perlu belajar dan sekolah dengan rajin. 67 74,4
11. Memberitahukan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak di sekolah dan rumah dalam belajar. 56 62,2
12. Menegur bila anak lalai tugas/tanggung jawab. 67 74,4
13. Menasehati anak agar belajar dengan sungguh-sungguh agar memperoleh nilai yang tinggi. 79 87,8
IV. Teladan/Model 50 55,5
14. Mengatur waktu anak dan belajar menonton TV/video. 50 55,5
15. Menyuruh anak belajar sesuai jadwal. 50 55,5
Berdasar data tersaji di atas, ternyata tidak ada satu kegiatan pun yang tidak dilakukan oleh ayah. 15 kegiatan yang menjadi indikator peran ayah di atas ternyata kegiatan yang paling sedikit dilakukan oleh ayah adalah "mencek apakah anak sudah belajar/mengerjakan tugas-tugasnya" (dilakukan oleh 35 orang atau 38,9 % ayah), dan yang paling banyak adalah "menasehati anak agar belajar dengan sungguh-sungguh agar memperoleh nilai yang tinggi" (dilakukan oleh 79 orang atau 87,8 % ayah). Dengan demikian keempat peran ayah dilakukan oleh hampir 50 % atau lebih orang. Peran yang paling banyak dilakukan adalah sebagai provider, dan yang paling rendah adalah sebagai pembimbing. Sebagai pembanding, hasil penelitian Lightfoot (2002) ternyata 40 % ayah tidak pernah membaca untuk anaknya, 58 % tak pernah jadi relawan di sekolah anaknya, 77 % tidak pernah makan bersama anak, dan kurang dari 50 % yang tahu nama guru-guru di sekolah anaknya.
Selanjutnya sebagai variabel interval, jumlah (%) ayah sesuai perannya dapat disajikan dalam tabel 2 berikut ini .
Tabel 2
Jumlah (%) ayah menurut tingkat peran yang dimainkanya
No Peran Ayah Rendah (0,00-0,33) Sedang (0,34-0,66) Tinggi(0,67-1,00) Mean Sd
1. Provider 13,4 12,2 74,4 0,7444 0,3067
2. Pembimbing 28,9 33,3 37,8 0,5422 0,3355
3. Pendidik 13,4 13,4 73,2 0,7472 0,3182
4. Teladan 32,2 24,4 43,3 0,5556 0,4335
5. Dalam Penddk 11,1 45,5 43,3 0,6474 0,2602
Berdasarkan hasil analisa pada tabel di atas ternyata distribusi data menyebar pada tiap kategori peran, walaupun kegiatan peran yang pada umumnya dilakukan ayah adalah sebagai provider dan pendidik (hampir tiga perempat ayah memainkan peran ini pada aras yang tinggi). Sedangkan dua peran yang lain yaitu sebagai pembimbing dan teladan hanya dimainkan oleh sekitar 40 % ayah pada aras yang tinggi. Sebagian besar ayah memainkan kedua peran tersebut pada aras sedang. Secara keseluruhan sebagian besar ayah berperan dalam pendidikan anaknya berada pada aras yang sedang cenderung tinggi. Sebagai pembanding, hasil penelitian Nord (1998) ternyata 27 % ayah berperan di sekolah anaknya pada aras tinggi, dan 50 % pada aras yang rendah. Distribusi prestasi belajar siswa yang ayahnya berperan seperti di atas dapatlah disajikan dalam rangkuman tabel 3 berikut.
Tabel 3
Gambaran prestasi belajar siswa
No. Mata Pelajaran 4 5 6 7 8 9 Rata-rata
1. Bahasa Indonesia 0 0 9 17 36 23 8,0059
2. Matematika 1 14 25 19 18 8 6,8647
3. Ilmu Pengetahuan Alam 1 10 17 29 21 7 7,0706
4. Ilmu Pengetahuan Sosial 0 8 21 30 24 2 7,0882
5. Rata-rata semua mata pelajaran 0 3 20 40 22 0 7,4300
Berdasarkan data di atas ternyata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan yang terbaik karena sebagian besar siswa memiliki nilai 8 - 9. Sedangkan mata pelajaran Matematika yang terjelek karena hampir separo siswa memiliki nilai 4 - 6. Terdapat 34 siswa yang nilainya di bawah 6/merah pada mata pelajaran Matematika, IPA dan IPS.
HUBUNGAN PERAN AYAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAKNYA
Sebelum dilakukan analisa lanjut, penulis perlu menguji asumsi yang dipersyaratkan sebelumnya untuk menetapkan bisa tidaknya menggunakan tehnik analisa korelasi. Hasil analisis uji kenormalan variabel diperoleh seperti terangkum dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4
Rangkuman hasil uji kenormalan variabel penelitian
Variabel Kolmogorov - Smirnov
Statistik Df Sig.
1. Nilai rata-rata2. Peran ayah 0,0750,091 8585 0,200*0,079*
Mengingat hasil uji seperti di atas dimana signifikansi nilai rata-rata = 0,200 lebih besar dari a = 0,05 maka variabel rata-rata nilai siswa termasuk berdistribusi normal, demikian juga variabel peran ayah di mana signifikansi = 0,079 > 0,05.
Selain uji normalitas penulis juga mengadakan uji homogenitas dari dua variabel yang diteliti dan hasilnya seperti terangkum dalam tabel 5 berikut.
Tabel 5
Rangkuman hasil uji homogenitas variabel penelitian
Variabel Levene Statistik Df 1 df 2 Sig.
Nilai rata-rataPeran ayah 7,1554,289 11 8383 0,0090,041
Berdasar hasil analisa di atas ternyata diperoleh signifikansi nilai rata-rata = 0,009 dan ini lebih kecil dari a = 0,05 sehingga variabel ini tidak homogen. Demikian juga peran ayah di mana signifikansinya = 0,041 lebih kecil dari a = 0,05. Mengingat syarat homogenitas variabel tidak terpenuhi, maka penulis menetapkan analisa selanjutnya dengan tehnik non parametrik dan dipilih korelasi Kendall's Tau B.
Dengan menggunakan analisis korelasi Kendall's Tau B diperoleh hasil yang terekap dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6
Rekap hasil analisis Korelasi Kendall's Tau B
Variabel Nilai Rata-rata Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS
Peran ayah r - 0,033 0,000 - 0,069 - 0,033 0,000
sig. 0,331 0,500 0,193 0,340 0,498
Provider r 0,152* 0,127 0,084 0,212** 0,188*
sig. 0,024 0,080 0,169 0,008 0,017
Pembimbing r - 0,111 - 0,137 - 0,144* - 0,065 - 0,084
sig. 0,082 0,056 0,043 0,220 0,160
Pendidik r - 0,047 - 0,095 - 0,119 - 0,069 - 0,091
sig. 0,286 0,146 0,087 0,216 0,150
Teladan r - 0,020 0,045 - 0,040 - 0,087 0,010
sig. 0,407 0,313 0,330 0,167 0,454
* = signifikan pada a = 0,05
** = signifikan pada a = 0,01
Berdasarkan hasil analisa korelasi di atas ternyata cukup mengejutkan karena secara keseluruhan peran ayah dalam pendidikan anak tidak berkorelasi baik dengan rata-rata nilai mata pelajaran anaknya maupun dengan nilai Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Namun setelah dilihat tiap perannya, sebagai Provider peran ini berkorelasi positif dan signifikan dengan nilai rata-rata semua mata pelajaran juga dengan nilai IPA dan IPS, sedangkan sebagai pembimbing justru berkorelasi negatif dan signifikan dengan nilai pelajaran matematika anaknya. Sedangkan sebagai Pendidik dan Teladan tidak berkorelasi dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, dan dengan 4 mata pelajaran yang lain.
Mengingat sebagai variabel peran ayah tidak berkorelasi dengan prestasi belajar anaknya, maka penulis menganalisa lebih lanjut korelasi tiap kegiatan dengan nilai mata pelajaran yang hasilnya tersaji dalam tabel 7 berikut.
Tabel 7
Rekap hasil analisis korelasi Kendall's Tau B kegiatan ayah dalam memainkan peranannya dengan prestasi belajar anaknya
No Peran/Kegiatan Nilai Rata-rata Bhs. Ind Mat. IPA IPS
1. Menyediakan tempat belajar r 0,109 0,007 0,050 0,157* 0,060
sig. 0,114 0,472 0,300 0,050 0,266
2. Membelikan buku dan alat-alat tulis. r 0,031 0,068 0,003 0,115 0,060
sig. 0,367 0,241 0,489 0,114 0,266
3. Memberitahu pengaturan jadwal r 0,075 0,110 -0,019 0,187* 0,105
sig. 0,203 0,958 0,422 0,025 0,135
4. Menandatangani buku konsultasi/PR r 0,179* 0,160* 0,119 0,141 0,183*
sig. 0.024 0,049 0,105 0,069 0,027
5. Memberitahu langkah-langkah belajar r -0,086 -0,157 -0,196* -0,078 -0,073
sig. 0,170 0,60 0.020 0,206 0,223
6. Menanyakan PR/tugas r -0,175* -0,115 -0.128 -0,139 -0,156
sig. 0,026 0,119 0,089 0,072 0,050
7. Mencek anak belajar r -0,095 -0,130 -0,093 -0,090 -0,076
sig. 0,147 0,091 0,162 0,173 0,214
8. Menanyakan nilai anak. r -0,088 -0,162* -0,073 0,027 -0,103
sig. 0,164 0,048 0,221 0,414 0,141
9. Menanyakan kesulitan anak r 0,008 0,013 -0,078 0,032 0,082
sig. 0,465 0,449 0,207 0,367 0,195
10. Menjelaskan perlunya belajar r -0,142 -0,191* -0,237** 0,037 -0,190*
sig. 0,058 0,025 0,006 0,348 0,023
11. Memberitahukan aturan belajar. r 0,010 -0,049 -0,028 0,017 -0,017
sig. 0,455 0,308 0,383 0,429 0,427
12. Menegur anak r 0,059 0,080 0,038 -,047 -0,005
sig. 0,257 0,206 0,343 0,312 0,480
13. Menasehati agar belajar sungguh 2 r -0,067 -0,079 -0,115 -0,073 -0,073
sig. 0,231 0,207 0,113 0,222 0,222
14. Mengatur waktu belajar/menonton TV r 0,063 -0,045 -0,106 -0,101 0,049
sig. 0,242 0,321 0,132 0,145 0,302
15. Menyuruh belajar sesuai jadwal. r 0,030 0,116 0,035 -0,052 0,067
sig. 0,369 0,116 0,356 0,293 0,242
* = signifikan pada a = 0,05
** = signifikan pada a = 0,01
Berdasar hasil analisa korelasi Kendall's Tau B seperti tersaji di atas ternyata dari ke 15 item kegiatan terdapat 7 item yang berkorelasi dengan prestasi belajar anak. Tiga kegiatan berkorelasi positif dan signifikan yaitu: 1) "Menyediakan tempat belajar yang memadai", dan 2) "Memberitahu bagaimana mengatur jadwal belajar" dengan nilai IPA, serta 3)"Menandatangani buku konsultasi/PR" dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, nilai Bahasa Indonesia, dan dengan nilai IPS. Sedangkan 4 item kegiatan yang berkorelasi negatif adalah : 1) "Memberitahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam belajar" dengan nilai Matematika, 2) "Menanyakan apakah ada PR/tugas-tugas yang perlu dikerjakan", dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, 3) "Menanyakan berapa nilai/hasil belajar yang diperoleh anak" dengan nilai Bahasa Indonesia, dan 4) "Menjelaskan mengapa anak perlu belajar dan sekolah yang rajin" dengan nilai Bahasa Indonesia, nilai Matematika, dan dengan nilai IPS.
PEMBAHASAN
Berdasarkan desain instrumen ternyata 4 faktor dengan 15 item kegiatannya itu semuanya dilakukan ayah di rumah. Dengan demikian peran ayah di sekolah maupun di masyarakat tidak ada. Tidak adanya peran ayah di sekolah bisa terjadi memang sekolah kita - sekalipun sekolah laboratorium - kurang memberi peluang adanya peran ayah di sekolah dalam pendidikan anak tidak seperti diungkap oleh literatur/hasil-hasil penelitian di negara-negara maju. Hal yang sama rupanya terjadi pada peran ayah di masyarakat bagi pendidikan anak. Sekolah kita belum di kelola dengan manajemen yang berbasis pada masyarakat, sehingga wajar jika peran ayah masih terbatas di rumah/keluarga saja.
Hubungan peran ayah dengan prestasi belajar anak ternyata tidak sepantastis seperti diungkap dalam literatur/hasil-hasil penelitian di negara-negara maju. Hanya sebagai Provider peran ayah berkorelasi positif dengan nilai rata-rata semua mata pelajaran, dengan nilai IPA dan dengan nilai IPS. Mengingat sekolah dan PBM belum dikelola dengan MBS sehingga tidak ada partisipasi orang tua dalam pendidikan anak di sekolah, maka wajar jika peran orang tua tidak banyak berkorelasi dengan prestasi belajar anak. Hal ini bukan berarti peran ayah tidak penting. Perlunya partisipasi ayah di sekolah terindikasi dengan kegiatan "Menandatangani buku konsultasi/PR" yang berkorelasi positif dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, dengan nilai Bahasa Indonesia, dan dengan nilai IPS. Kegiatan ini telah dilakukan oleh sebagian besar ayah (73,3 %). Maka dari itu jika sejak awal sekolah dan PBM didesain dengan manajemen yang berbasis sekolah di mana salah satu (dari 3) pilar utamanmya adalah partisipasi orang tua dalam pendidikan (kurikulum, PBM, evaluasi, teknologi/media, dan lain-lain) di sekolah, pasti peran/kegiatan ayah menjadi berarti bagi peningkatan prestasi belajar anaknya.
Korelasi negatif antara peran ayah sebagai Pembimbing/Problem Solver dengan nilai Matematika ini mengejutkan penulis karena justru bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh literatur/hasil-hasil penelitian di negara-negara maju, justru peran ayah yang tinggi sebagai Pembimbing dengan kegiatan: a) "Memberitahu langkah-langkah yang harus dilakukan anak dalam belajar" berkorelasi negatif dengan nilai Matematika, b). "Menanyakan apakah ada PR/tugas-tugas yang perlu dikerjakan" berkorelasi negatif dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, c). "Menanyakan nilai/hasil yang diperoleh anak" berkorelasi negatif dengan nilai Bahasa Indonesia; Selain itu "Menjelaskan mengapa anak perlu belajar dan sekolah dengan rajin" sebagai kegiatan ayah dalam berperan sebagai Pendidik/Teacher juga berkorelasi negatif dengan nilai Bahasa Indonesia, Matematika dan IPS. Hal tersebut janganlah dimaknai makin tinggi peran ayah dalam 3 kegiatan di atas berarti makin rendah nilai mata pela jaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPS, tetapi hendaknya difahami betapa besar konsern ayah bagi anaknya sehingga jika anak mendapat masalah dengan nilai yang jelek/rendah maka ayah menjadi lebih peduli ikut mencari jalan keluar melalui pemberian penjelasan tentang perlunya belajar dan sekolah dengan rajin, siapa tahu nilai anak rendah karena belum sadar akan perlunya belajar; Memberitahu langkah-langkah kegiatan belajar yang perlu dilakukan dengan anggapan anak mendapat nilai rendah belum tahu (belum bisa) menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan agar sukses. Pada akhirnya ayah memandang perlu memonitor perkembangan siswa dengan jalan menanyakan apakah ada PR/tugas-tugas yang perlu dilakukan dan menanyakan nilai/hasil belajar yang diperoleh, adakah kemajuan? Bukankah peran ayah adalah sebagai Pendidik/Teacher dan Pembimbing/Problem Solver ?
Delapan kegiatan ayah yang tidak berkorelasi dengan prestasi belajar anak bukan berarti tidak perlu dilakukan, mengingat dampak kegiatan/peran ayah yang penulis teliti hanya terhadap perestasi belajar padahal dampak manfaatnya bukan hanya terhadap prestasi belajar saja, tetapi juga terhadap perkembangan anak lebih luas, sayangnya penulis tidak meneliti itu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa:
1. Peran ayah dalam pendidikan anaknya adalah sebagai: (a) Provider: 1) menyediakan tempat belajar yang memadai, 2) membelikan buku dan alat-alat tulis, 3) memberitahu cara mengatur jadwal dan 4) menandatangani buku konsultasi dan PR; (b) Pembimbing/Problem Solver: 5) memberitahu langkah-langkah belajar, 6) menanyakan ada tugas/PR anak, 7) mencek belajar anak, 8) menanyakan nilai yang diperoleh, dan 9) kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak; (c) Pendidik/Teacher: 10) menjelaskan perlunya belajar dan sekolah, 11) memberitahu hal-hal yang boleh/tak boleh dilakukan, 12) menegur anak bila lalai tugas, dan 13) menasehati agar belajar dengan sungguh-sungguh; (d) Teladan/Model : 14) mengatur waktu nonton TV/video dan 15) menyuruh anak belajar sesuai jadwal.
2. Lima belas kegiatan peran tersebut semua dilakukan oleh ayah mulai terendah 39% sampai dengan tertinggi 88% dengan rata-rata 64%. Para ayah memainkan peran sebagai: (a) Provider pada aras tinggi, (b) Pembimbing/ Problem Solver pada aras sedang, (c) Pendidik/Teacher pada aras tinggi, dan (d) Teladan/Model pada aras sedang.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara peran ayah sebagai Provider dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, nilai mata pelajaran IPA dan nilai mata pelajaran IPS; Kegiatan ayah dalam berperan sebagai Provider utamanya adalah "Menyediakan tempat belajar yang memadai", dan "Memberitahu cara-cara mengatur jadwal", berkorelasi positif dengan nilai IPA, dan "Menandatangani buku konsultasi/PR" berkorelasi positif dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan IPS anak.
4. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara peran ayah sebagai Pembimbing/Problem Solver dengan nilai mata pelajaran Matematika. Selain itu juga terdapat hubungan negatif antara kegiatan ayah : a) "Memberitahu langkah-langkah yang perlu dilakukan anak dalam belajar" dengan nilai mata pelajaran Matematika., b) "Menanyakan ada tidaknya tugas/PR" dengan rata-rata nilai semua mata pelajaran, c) "Menanyakan nilai yang diperoleh anak" dengan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan d) "Menjelaskan anak perlunya belajar dan sekolah dengan rajin" dengan nilai mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPS.
SARAN
Guna meningkatkan prestasi siswa, orang tua perlu meningkatkan perannya sebagai Provider utamanya menyediakan tempat belajar yang memadai, memberitahu cara mengatur jadwal anak, dan menandatangani buku konsultasi/ PR. Untuk itu guru/sekolah perlu bekerjasama dengan orang tua dalam bidang yang lebih luas (selain finansial) seperti kurikulum, PBM, evaluasi, dan lain-lain, sebagaimana yang dituntut MBS. Selain itu instrumen yang penulis kembangkan perlu replikasi bagi penelitian lanjut di sekolah bukan laboratorium dan guna mendalami mengapa peran ayah berdampak pada prestasi belajar anak baik positif maupun negatif.

DAFTAR PUSTAKA
Bloir, K. 2002, What About Dad?. http://ohioline.osn.edn/ hygfact/5000/5155.htm/. (11/23/02)
Brown, T. 2000, What Special About Father's Involvement? http://www.balco nesbank.community.com/voices/father.asp. (12/16/02)
Byrum, S. 1996, New Roles For Dads: Father as Role Models and Mentors. http://www.negs.org/. (12/16/02)
Dougherty, T. & Kurosaka, L. 2002, USCB Study of Children from Fatherless Homes. http://www.fathermag.com/news/2776-USCB.shtml.(12/14/02)
ESRC. 2001, Father Involvement and Outcomes in Adolescence and Adulthood. http://www.Literacutrust.org.UK/Research/fatherinvolve.tm/. (12/16/02)
Evans, G.D. 1999, The Common Roles of Fathers: The Five Ps. http://edis.ifas.ufl. edu/Body_HE140. (12/18/02)
Evans, G.D. 1999, The Hidden Benefits of Being an Involved Father. http://edis.ifas. ufl.edu/Body_HE137 . (12/18/02)
Fathering Interprise. 1995-1996, Fathering in the Nineties. http://www.fathermag.com/htm/modules/july95/xnineties.htm/. (12/14/02)
Hart, J. 2002, The Importance of Fathers in Children's Asset Development. http://fairfield.osn,edu/parent/parentparth june17.htm/. (11/23/02)
______,1999, The Meaning of Father Involvement for Children. http://fairfield.osn. edu/parent/parentparthjune20.htm/ (11/23/02)
Hilliard, D.R. 1996, Qualities of Successful Father-child Relationships. http://www.YouthandReligion.org/Resources/ ref_age.htm/ (12/14/02)
Idris, Z. 1981, Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Rayon. Idris, Z. & Jamal, L. 1992, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Jacobson, L. 1996, A Father's Challenge: Reaching Your Daughter at School. http://npin.org/library/pre1998/n00407/n00407.htm/ (12/16/02)
Jaim, A. Belsky, J. & Crnic, K. 1996, Beyond Fathering Behaviors: Types of Dads, Journal of Family Psychology,V.10/4. http://www.questio.com/ (12/17/02)
Lighfoot, L. 2002, Dads, Other Special People Will Go Bach to School. http://www/ Waschool.kiznv.us/dietri. (12/17/02)
McAdoo, J.L. 1993, Understanding Fathers: Human Services Perspectives in Theory and Practice. http://npin.org/library/ 2001/n00598/n00598.htm/. (12/19/02)
Messineo, F. 1996, Collaborations: Building Bonds Between Father & daughters. http://www.tiac.net/nsers/negs/ (12/16/02)
Mitcalf, S. 2002, The Importance of Father Time. http://www. fathermag.com/204/Fathering/. (12/14/02)
National Center for Education Statistic. 1998, Student do Better when their Fathers are Involved at School. http://npin.org/ library/1998/n00066/n00066/.html. (12/16/02)
National Center on Father and Families. 2001, Fathering Indicator Frame Work: A Tool for Quantative and Qualitative Analysis. http://www.ncoff.qse. upenn.edu/fif/FoF_report.pdf. (12/18/02)
National PTA. 2002, What Research Tell Us: Benefits of Family Involvement in Education. http://www.myschoolonline.com/ page/0,18H,0-105130-297979, 00.htm/ (12/17/02) Nord, C.W., 1998 rev. 2000, Father Involvement in Schools. http://ericcus.uncg. edu/virtualib/violence/1402.htm/
Parenting Pathways. 1998. Father Role. http://fairfield.osn.edu/ parent/parent parthjune21.htm/ (11/23/02)
Peter, H.J. & Shertzer, B. 1974, Guidance: Program Development and Management (3rd edition). Colombus, Ohio: Charles E. Merrill Publishing Co.
Rilley, R.W. & Shalala, D.E. 2000. A Call Commitment: Fathers' Involvement in Children's Learning. US Dep. Of Education & US Dep. of Healtba and Human Services, http://www.ed.qov/pubs/ parents/calltocommit/ title.htm/ (12/17/02)
Rocky Mountain Family Council. 2002, Fathers' Involvement in Education. http://www.rmfc.org/fs/fs0078.html. (12/17/02)
Semiawan, C.R. 1999/2000, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Dirjen PT. Suhartono, I. 1999, Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
The Family Works, 2002. Calling All Dads: Getting More Man Involved Their Children Education. http://www.thefamily workers.org/Parenting/call Dads.htm. (12/16/02)
US Departement of Education. 2002, Father Involvement in Education. http://www. acorns.k12.tn.US/Parents/Fathers.htm. (12/28/02)
Wood Elementary Dad's Club, 2002, Involved Fathers Make A Deference!. http://66.34.55.26/home.html/ (12/18/02)

Oleh : Slameto, BK FIP UKSW
(Satya Wydya vol 15 No 1, 2002)

Sumber :http://artikel.us/

READ MORE - Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak Dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajarnya

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai bila pebelajar dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4). Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168). Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.
Bertolak dari hal ini maka diduga ada pengaruh bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar mahasiswa. Untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah penggunaan bahan ajar yang dibuat peneliti berpolakan model disain Dick dan Carey dan bahan ajar tradisional memberi pengaruh yang berbeda dalam perolehan hasil belajar strategi pembelajaran PAK mahasiswa STAKPN Ambon?. (2) Apakah dengan gaya belajar mahasiswa yang berbeda akan mempengaruhi hasil belajar strategi pembelajaran PAK yang berbeda?. (3) Adakah interaksi antara penggunaan bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK?.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini menggunakan eksperimen yang dilaksanakan pada mahasiswa semester 4 STAKPN Ambon. Ada 69 orang mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 34 orang, dan kelompok kontrol 35 orang. Berdasarkan keadaan jumlah data antar sel atau kotak tidak sama dan akan juga mempengaruhi hasil, maka diupayakan untuk menyamakan jumlah data masing-masing sel yakni dihilangkan data hasil yang sama pada masing masing kelompok. Dengan dihilangkan beberapa data maka baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berjumlah 30 orang sampel yang digunakan sebagai data analisis.
Dalam penelitian ini digunakan tes hasil belajar sebagai instrumen untuk pengumpulan data, untuk keperluan analisis data digunakan analisis varian dua jalan.
Hasil penelitian menunjukan: (1) Hasil belajar strategi pembelajaran PAK antara mahasiswa yang menggunakan bahan ajar produk model Dick dan Carey dengan mahasiswa yang menggunakan bahan ajar tradisional berbeda secara signifikan. Ditemukan bahwa hasil belajar Strategi pembelajaran PAK pada mahasiswa yang menggunakan bahan ajar yang disusun peneliti lebih tinggi daripada mahasiswa yang menggunakan bahan ajar tradisional. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai observasi Fhitung =45.983 yang lebih besar dari Ftabel = 4.00 untuk taraf signifikansi p < 0.05 berarti hasil penelitian signifikan. (2) Gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK. Dari hasil uji hipotesis diperoleh bahwa nilai observasi Fhitung =11.151yang lebih besar dari Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi p < 0.05 berarti hasil penelitian signifikan. Berdasarkan hasil tes Turkey HSD maupun Bonferoni menunjukan bahwa dari ketiga gaya belajar (visual, auditorial, kinestetik), yang sangat memberi pengaruh terhadap hasil belajar adalah gaya belajar visual. Perbedaan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar visual dengan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial sebesar 6.15 dengan taraf signifikansi P < 0.05. Selain itu juga ada terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar visual dengan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik. Perbedaan ini sebesar 6.40 dengan taraf signifikansi P<0.05. Sebaliknya rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial maupun kinestetik berbeda secara signifikan terhadap rata-rata hasil belajar mahasiswa begaya belajar visual. Namun untuk rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial tidak ada perbedaan dengan hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik. Hasil sebesar 0.25 dengan taraf signifikansi P>0.05. Sebaliknya rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik tidak ada perbedaan dengan hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial. Hasil sebesar -0.25 dengan taraf signifikansi P>0.05. (3) Tidak Ada interaksi antara penggunaan bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK pada Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa nilai observasi Fhitung =1.148 yang lebih kecil dari Ftabel =3.15 pada taraf signifikansi p > 0.325 berarti hasil penelitian tidak signifikan..
Bertolak dari temuan penelitian ini, maka disarankan agar (1) pengajaran strategi pembelajaran PAK lebih efektif bila menggunakan bahan ajar yang didesain dengan baik, sehingga dapat memberikan kemudahan belajar bagi mahasiswa. (2) Gaya belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, untuk itu disarankan agar sebelum melakukan suatu pengajaran diupayakan agar lebih dahulu mengadakan tes awal dalam menentukan gaya belajar mahasiswa agar dapat sangat bermanfaat dalam mengembangkan proses belajar mengajar. Pembelajar dalam pembelajaran dapat menyesuaikan dengan gaya belajar pebelajar. Membantu mahasiswa untuk lebih memahami tentang gaya belajarnya sehingga dapat memberikan peluang yang besar baginya memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya.

 

Oleh     : Christiana Demaja W. Sahertian, S.PAK, M.Pd
Sumber :http://artikel.us/
READ MORE - PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

Sabtu, 28 Agustus 2010

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pengertian

• Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.

• Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Pengertian

• Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.

• Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah dan oleh karenanya dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pimpinan sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari BUDAYA SEKOLAH.


Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa

Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat

Penyaring: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.


Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

• Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

• Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

• Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa

• Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan

• Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

SUMBER NILAI-NILAI

Agama: nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

Pancasila: Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

Budaya:tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat tersebut.

Tujuan Pendidikan Nasional; tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan ketiga sumber yang disebutkan di atas.

Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

 

1. Religius

2. Jujur

3. Toleransi

4. Disiplin

5. Kerja Keras

6. Kreatif

7. Mandiri

8. Demokratis

9. Rasa Ingin Tahu

10. Semangat Kebangsaan

11. Cinta Tanah Air

12. Menghargai Prestasi

13. Bersahabat/Komuniktif

14. Cinta Damai

15. Gemar Membaca

16. Peduli Lingkungan

17. Peduli Sosial

18. Tanggung-jawab

Prinsip-prinsip pengembangan

Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah

Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar untuk pembelajaran biasa.

Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

Perencanaan

1. Program Pengembangan Diri

a. Kegiatan rutin sekolah

b. Kegiatan spontan

c. Teladan

d. Pengkondisian

2. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

3. Budaya Sekolah

STRATEGI MIKRO DI SEKOLAH


Pengembangan Proses Pembelajaran

IMPLEMENTASI DALAM KTSP

  1. Visi
  2. Misi
  3. Tujuan Sekolah
  4. Struktur Kurikulum
  5. Kalender Akademik
  • Kegiatan Ekstra Kurikuler
  • Kegiatan Bimbingan Konseling
  • Kegiatan Terprogram
  • Kegiatan Rutin
  • Kegiatan Spontan
  • Kegiatan Teladan
  • Integrasi dalam mata pelajaran
  • Muatan Lokal

Penilaian Hasil Belajar

• PENILAIAN PENCAPAIAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN KARAKTER DIDASARKAN PADA INDIKATOR

• PENILAIAN DILAKUKAN SECARA TERUS MENERUS

PENGAMATAN, ANECDOTAL RECORD , MEMBERIKAN TUGAS , LAPORAN

Penilaian Hasil Belajar

KESIMPULAN

1. Perubahan pembelajaran harus terjadi di seluruh sekolah sehingga terjadi budaya sekolah

2. Kepala Sekolah merupakah tokoh sentral perubahan tsb. Jika hanya satu atau dua guru saja dari sekolah tersebut yang diberi pelatihan/sosialisasi maka perubahan sulit terjadi.

3. Perubahan dilakukan dengan melaksanakan penguatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam KTSP masing-masing sekolah

READ MORE - Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Menerapkan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan

Jakarta, Selasa (8 Juni 2010)--Pendidikan karakter tidak hanya cukup diajarkan melalui mata pelajaran di dalam kelas saja. Lebih dari itu, sekolah dapat menerapkan pendidikan karakter melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan. Pelaksanaannya dapat dilakukan baik secara spontan, terprogram, maupun dengan keteladanan.
Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Kabag TU Puskur Balitbang Kemdiknas) Sumiyati mengatakan, kegiatan pembiasaan secara spontan dilakukan dengan saling menyapa baik antarteman, antarguru, maupun antara guru dengan murid, sedangkan kegiatan terprogram seperti upacara setiap hari senin yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kebersihan dan pemeriksaan kuku.
"Guru-guru sebagai teladan datang pagi dan tidak terlambat. Begitu datang dia sudah berdiri di depan pintu sekolah menyambut anak-anak yang datang dengan bersalaman," katanya saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media, Kemdiknas, Jakarta (8/06/2010).
Sumiyati mengatakan, sekolah-sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan terutama yang mempunyai nilai-nilai.  "Ada 16 nilai dalam pendidikan karakter misalnya saja jujur, sopan, santun, dan melindungi lingkungan," katanya.
Lebih lanjut Sumiyati menjelaskan, kegiatan-kegiatan itu dapat dilaksanakan baik secara intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dia menjelaskan, kegiatan secara intrakurikuler dilaksanakan terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan seperti pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. "Kegiatan secara ekstrakurikuler dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri seperti bimbingan konseling," katanya.
Sumiyati menyampaikan, kegiatan pembiasaan melalui ekstrakurikuler dapat dilakukan di luar jam pelajaran selama kurang lebih empat jam pelajaran setiap minggu. Dia menambahkan, pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui muatan lokal sebagai bagian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). "Pada prinsipnya muatan lokal itu mengandung tiga hal yaitu budaya bangsa, pendidikan lingkungan, dan keterampilan daerah," ujarnya.***

READ MORE - Menerapkan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan

Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan

Jakarta, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menekankan pentingnya pendidikan karakter. Sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa maka pendidikan karakter mendesak untuk diterapkan.
Hal tersebut disampaikan Mendiknas pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Minggu (2/5/2010).
"Diantara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran," kata Mendiknas saat memberikan sambutan acara . Adapun tema peringatan Hardiknas adalah Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.
Mendiknas mencermati fenomena sirkus, yaitu tercerabutnya karakter asli dari masyarakat. Fenomena anomali yang sifatnya ironis paradoksal menjadi fenomena keseharian, yang dikhawatirkan pada akhirnya dapat mengalami metamorfose karakter.
"Memang kadang-kadang menjadi lucu dan mengherankan, betapa tidak mengherankan, penegak hukum yang mestinya harus menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu adalah sebagian dari fenomena sirkus tadi itu. Itu semua bersumber pada karakter," kata Mendiknas.
Sementara itu, terkait pelaksanaan Ujian Nasional yang baru saja dilaksanakan, Mendiknas mengatakan, UN diantaranya dimaksudkan untuk melatih ketangguhan dan meningkatkan kemampuan dengan mengeksplorasi potensi dan sumber daya pendidikan. Hal ini, kata Mendiknas, dimaksudkan agar dunia pendidikan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa. "Dengan melatih ketangguhan dan kemampuan, generasi yang dilahirkan dunia pendidikan Insya Allah akan menjadi generasi yang sanggup dan siap menghadapi realitas kehidupan termasuk menghadapi implikasi dari globalisasi, " ujarnya
Mendiknas memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh penyelenggara UN, para murid , para guru, dan orang tua, serta meminta untuk menerima hasilnya dengan obyektif dan jujur. "Kita terima apa adanya. Memang betul jumlah kelulusan menurun meskipun masih ada ujian ulang, memang betul ada yang harus mengulang, memang betul ada sekolah yang harus mengulang seluruhnya, tetapi yang penting intervensi kebijakan apa yang harus kita siapkan untuk memperbaikinya, " katanya.
Pada kesempatan yang sama, Mendiknas menyematkan Satya Lencana Karya Satya kepada 111 pegawai di lingkungan Kemdiknas. Penghargaan ini diberikan kepada pegawai yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan masa kerja 10 tahun hingga 30 tahun. Penghargaan diserahkan masing-masing kepada 37 pegawai dengan masa bakti 30 tahun, 56 pegawai masa bakti 20 tahun, dan 18 pegawai masa bakti 10 tahun.
Upacara dirangkai dengan penyerahan arsip statis Kemdiknas kepada Arsip Nasional Republik Indonesia sebanyak 403 berkas, penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Kemdiknas dengan PT. Global Mediacom tentang penyelenggaraan siaran televisi untuk pendidikan keterampilan bernama TV Citra Indonesia Terampil, penandatanganan prasasti peresmian Taman Bacaan Masyarakat di Pusat Perbelanjaan atau disebut TBM@Mall, dan peluncuran laman kemdiknas.go. id yaitu portal baru Kemdiknas yang berbasis kepada layanan publik. Agung -GIM-

READ MORE - Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan

Jumat, 27 Agustus 2010

Tentang Pendidikan Karakter

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

Sumber:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

READ MORE - Tentang Pendidikan Karakter

Sirih Merah, Obat Beragam Penyakit

image JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai tanaman obat, manfaat sirih tak diragukan lagi. Jika selama ini orang lebih mengenal sirih berdaun hijau dengan kandungan antiseptiknya, kini ada jenis sirih merah yang dipercaya memiliki manfaat kesehatan yang lebih beragam.
Selama ini, orang mengenal tanaman sirih berdaun hijau yang secara turun temurun dimanfaatkan untuk mengatasi beragam keluhan seperti mimisan, mata merah, keputihan, membuat suara nyaring, dan banyak lagi. Khasiat daun sirih sudah teruji secara klinis. Hingga kini, penelitian tentang tanaman ini juga terus dikembangkan.
Secara tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa. Daun sirih juga dimanfaatkan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyusurnya (makan sirih).
Namun, belakangan ini tanaman sirih merah (Piper betle L. Var rubrum), naik daun karena dipercaya memiliki manfaat obat yang jauh lebih beragam. Bentuknya pun jauh lebih menarik daripada sirih biasa.
Meski belum diketahui dengan pasti asal tanaman obat ini, sirih merah sering ditemui di berbagai daerah. Contohnya di lingkungan keraton Yogyakarta dan lereng Gunung Merapi, Papua, Jawa Barat, Aceh, dan beberapa daerah lainnya.
Obat Keputihan
Pada awal tahun 2002, di sebuah desa di lereng Gunung Merapi, herbalis Bambang Sadewo, penulis buku Basmi Penyakit dengan Sirih Merah, secara tidak sengaja menemukan tanaman ini. Warna bagian bawahnya merah mengkilap dengan bentuk daun tidak berbeda dengan sirih hijau. Tamanannya menjulur memanjang dan beruas.
Rasa daun sirih merah sangat pahit. Aromanya lebih tajam bila dibandingkan dengan sirih hijau.
Meski kandungan kimia tanaman ini belum diteliti secara detail, dari hasil krematogram diketahui daun sirih merah mengandung flavonoid, senyawa polevenolad, tanin, dan minyak atsiri. Efek zat aktif yang terkandung daun sirih merah dapat merangsang saraf pusat dan daya pikir.
Daun sirih merah memiliki efek mencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, mengendalikan gula darah, lever, antidiare, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meredakan nyeri. Juga dipercaya mampu mengatasi radang paru, radang tenggorokan, radang gusi, hidung berdarah atau mimisan, dan batuk berdarah.
Ekstrak daun sirih merah juga mampu mematikan jamur Chandida albicans penyebab sariawan. Selain itu, berkhasiat mengurangi sekrasi pada liang vagina, keputihan dan gatal-gatal pada alat kelamin, sekaligus sebagai pembersih luka (efek antiseptik).
Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian tunggal atau diformulasikan dengan tanaman obat lain mampu membatasi aneka keluhan. Contohnya gangguan gula darah, peradangan akut pada organ tubuh, luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan kanker rahim, leukemia, TBC dan radang hati, wasir, jantung koroner, darah tinggi, dan asam urat.
Hasil penelitian Andayana Puspitasari, Apt., dari Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, sirih merah mengandung flavonoid, alkoloid, senyawa polifenolat, tannin dan minyak atsiri. Memanfaatkan daun sirih merah ini, selain dalam bentuk segar, bisa juga dengan teknik pengeringan memakai sinar matahari.
Herbalis Bambang Sadewo menjelaskan, rajangan dauh sirih merah yang telah 60 persen kering ditempatkan di tampah yang ditutup dengan kain hitam transparan. Penutupan dengan kain ini agar daun tidak kabur terbawa angin.
Setelah kering benar, daun sirih merah dimasukkan ke dalam kantong plastik tebal transparan atau bening. Tujuannya, agar kualitas sirih merah tetap terjamin dan bisa bertahan hingga satu tahun.  
Ramuan sirih merah, tunggal atau campuran
Untuk meramu daun sirih merah, menurut herbalis Bambang Sadewo, dapat secara tunggal atau dicampur dengan tanaman obat lain. Berikut beberapa contoh ramuan daun sirih merah untuk beragam gangguan:
1. Jantung
Ramuan tunggal:
-    Ambil daun sirih berukuran sedang sebanyak 3-4 lembar atau ukuran kecil 6-8 lembar. Cuci bersih, kemudian diiris kecil-kecil. Rebus dengan air sebanyak 4 gelas (800 ml) sampai mendidih dan tersisa 2 gelas, lalu saring. Ramuan ini diminum selagi hangat, dua kali sehari sebelum makan. Sekali minum satu gelas.
Ramuan dengan tanaman obat lain:
-    Siapkan daun sirih merah ukuran sedang sebanyak 3-4 lembar, daun asam 30 gram, belimbing sayur 2 buah, umbi dea kering 3 gram dan daun gingseng 4 lembar. Semua bahan dicuci bersih, diiris kecil-kecil, lalu direbus dengan tiga gelas air (600 ml) hingga tersisa 1,5 gelas. Ramuan ini diminum tiga kali sehari selagi hangat. Bisa ditambah satu sendok teh madu. Sekali minum setengah gelas.
2. Diabetes
Ramuan tunggal:
-    Petik tiga lembar daun sirih merah setengah tua dan daun keenam atau ketujuh dari pucuk. Cuci bersih semua daun, kemudian iris kecil-kecil. Rebus dengan air sebanyak tiga gelas (600 ml) sampai mendidih dan tersisa 1,5 gelas. Minum sehari tiga kali sebelum makan, sekali minum setengah gelas.
Ramuan dengan tanaman obat lain:
-    Ambil tiga lembar sirih merah ukuran sedang, 40 gram kulit kayu gayam yang sudah dibersihkan bagian luarnya, dan 30 gram kulit kayu jamblang kering. Bahan-bahan ini diseduh dengan 2 gelas (400 ml) air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas. Saring, minum sehari dua kali tiap pagi dan sore hari sebelum makan. Sekali minum setengah gelas.
3. Organ mulut
-    Daun sirih segar sebanyak 5 lembar, dicuci dan direbus dengan dua gelas (400 ml) sampai mendidih dan tersisa 1 gelas. Dinginkan, dan pakai untuk obat kumur tiga kali sehari.
Catatan: Ramuan ini sangat baik untuk mengobati gusi berdarah, sariawan, gigi berlubang, bau mulut, dan radang tenggorokan.
4. Batuk atau penambah nafsu makan
-    Siapkan daun sirih merah yang tidak terlalu tua sebanyak 10 lembar, cuci, kemudian rendam dalam alkohol 70 persen selama 30 menit agar bakteri yang menempel pada daun mati. Daun sirih merah ditambah gula putih 100 gram direbus dengan air 4 gelas (800 ml) sampai mendidih dan tersisa satu gelas. Setelah dingin, tuangkan ke dalam botol yang bersih dan steril. Ramuan ini bisa diminum tiga kali sehari, sekali minum satu sendok makan.
5. Organ kewanitaan
-    Daun sirih merah tua sebanyak 8 lembar dicuci bersih, kemudian diiris-iris selebar 1 cm. Rebus dengan air 800 ml sampai mendidih. Setelah dingin, dipakai untuk membersihkan organ kewanitaan dua kali sehari.
6. Radang mata
-    Ambil daun sirih merah yang agak muda (daun kelima dari pucuk) sebanyak 4 lembar, cuci bersih. Rebus dengan air dua gelas hingga mendidih dan tersisa satu gelas. Setelah dingin, air tersebut digunakan untuk merendam mata yang sakit.
Cara pemakaian: Mata dibersihkan (cuci muka) kemudian direndam dengan air rebusan sirih merah secukupnya menggunakan gelas khusus. Gunakan tidak lebih dari tiga kali sehari agar tidak terjadi iritasi pada lapisan mata.
Catatan: Sebelum digunakan, sebaiknya air rebusan diendapkan dulu. Gunakan air rebusan yang bening agar tidak terjadi iritasi pada mata.@ Lalang Ken Handita

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/11/15343935/Sirih.Merah..Obat.Beragam.Penyakit

READ MORE - Sirih Merah, Obat Beragam Penyakit

Mahkota Dewa, Tanaman Penuh Khasiat



Odysseus, seorang dewa Yunani menemukan orang makan bunga lotus. Di Negeri Cina, bunga lotus, daylily, dan krisan disantap selama berabad-abad. Prajurit koloni Amerika Serikat pun melezatkan masakan dengan asam dari bunga violet. Itu membuktikan bahwa memakan bunga sudah dilakukan orang sejak dulu. Cuma, memang tak sembarang bunga bisa dikonsumsi. Soalnya ada juga kembang yang mengandung racun dan mematikan. Manusia bisa merasakan khasiat bunga jika proses pengolahan benar dan tepat.
Tumbuhan juga manjur untuk mengobati penyakit. Misalnya, bunga mahkota dewa atau Phaleria Macrocarpa. Pohon mahkota dewa tingginya sekitar 1,5 - 5 meter dengan batang berwarna cokelat kehijauan. Daunnya tunggal, lonjong memanjang berujung lancip. Sementara buahnya berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi. Buah muda warnanya hijau. Sedangkan yang sudah tua berwarna merah marun. Bunga ini berkhasiat mengobati penyakit antara lain: kanker, lever, ginjal, diabetes. Mahkota dewa sudah lama digunakan sebagai tanaman obat oleh para bangsawan Jawa. Di Jawa Tengah dikenal dengan nama Makuto Dewo. Dahulu hanya bisa dijumpai di lingkungan Keraton Jogja dan Solo.
Pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya. Mahkota dewa merupakan tanaman jenis pohon yang berkembang dan tumbuh sepanjang tahun, ianya mampu mencapai ketinggian 3-4m.Batang bergetah terdiri dari kulit yang berwarna coklat kehijauan dan batang kayu berwarna putih, ianya berakar tunjang.
Daun berbentuk lonjong , lansing, memanjang & hujungnya runcing, tepi daun rata, permukaan daun licin dan tidak berbulu.
Bunga mahkota dewa berwarna putih dan berbau harum. Bunga tersebut berukuran kecil menyerupai bunga cengkih.
Buah mahkota dewa terdiri dari kulit, daging, cangkang & biji. Buah berbentuk bulat, diameter 3-5cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair.
Cangkang buah merupakan kulit dari biji yang juga termasuk bahagian yang sering di manfaatkan sebagai ubat, ianya perlu di rebus terlebih dahulu.
Biji merupakan bahagian tanaman paling beracun. Bentuknya bulat lonjong berdiameter sekitar 1cm & berwarna coklat, bahagian dalam berwarna putih.
Kandungan Kimia
1. Daun : mengandungi antihistamin, alkaloid, saponin & polifenol (lignan)
2. Kulit Buah : mengandungi alkaloid, saponin & flavonoid.
3. Buah : alkanoid, tanin, flavonoid, fenol, saponin, lignan, minyak asiri & sterol.
Sifat & Khasiat
1. Kulit Buah dan Daging Buah :  mengubati disentri (cirit berdarah), psoriasis & jerawat.
2. Daun dan Biji : mengubati pelbagai jenis sakit kulit seperti ekzim & gatal2.
3. Buah : antitumor, antidisentri,antiinsekta, mengubati eksim, hepatotoksik & antibodi.
* Komponen lignan baru  yang terdapat pada ekstrak daging buah mahkota dewa berumus molekul C6 H2O O6  & berstruktur 5-{4(-menthoxy-phenyl-tetrahydrofuro-[3,4-c]furan-1-yl)-benzene-1,2,3-triol.
Antara Penyakit Yang Dapat Disembuhkan Dengan Campuran Mahkota Dewa
1.     Kanser & Tumor
2.     Eksim (Penyakit Kulit)
3.     Diabetis Melitus (Kencing Manis)
4.     Hipertansi (Darah Tinggi)
5.     Hepatitis (Radang Hati)
6.     Reumatik (Sakit Sendi)
7.     Asam Urat (Arthritis Gout)
8.     Penyakit Jantung
9.     Gangguan Ginjal
Catatan
-          Bahagian buah terutamanya bijinya beracun, ianya perlu di rebus sebelum memakannya.
-          Ibu hamil dilarang meminum hasil pemprosesan tumbuhan ini.
Kandungan
Buah mahkota dewa mengandung beberapa zat aktif seperti:
- Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh
- Saponin, yang bermanfaat sebagai:
   o sumber anti bakteri dan anti virus
   o meningkatkan sistem kekebalan tubuh
   o meningkatkan vitalitas
   o mengurangi kadar gula dalam darah
   o mengurangi penggumpalan darah
- Flavonoid
   o melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah
   o mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah
   o mengurangi kadar resiko penyakit jantung koroner
   o mengandung antiinflamasi (antiradang)
   o berfungsi sebagai anti-oksidan
   o membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan
- Polifenol
   o berfungsi sebagai antihistamin (antialergi)
Nama Lain: Simalakama (Sumatera), Makuto Rojo, Makuto Ratu, Obat Dewa, Pau (Obat Pusaka), Crown of God

Lihat juga: http://mahkotadewa08.blogspot.com/feeds/posts/default

READ MORE - Mahkota Dewa, Tanaman Penuh Khasiat

Selasa, 24 Agustus 2010

Membuat PC Router dengan LINUX

PC ROUTER

Tujuan :

1. Dapat membuat PC Router dengan LINUX

2. Dapat memahami fungsi router dalam jaringan

Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang ada pada sebuah network bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada network yang lain. Jenis router ada yang diproduksi oleh vendor tertentu (cisco, juniper, dst) atau yang dapat difungsikan menggunakan komputer (pc router).

PC (Personal Computer) Router adalah sebuah komputer yang berfungsi sebagai router. PC Router dapat diterapkan dengan menggunakan spesifikasi minimal :

· Dua buah NIC (Network Interface Card)

· OS *nix (BSD, Linux, Unix), OS Windows Server, Open Solaris, dst

Pada installasi kali ini, kita akan membuat PC Router dengan menggunakan OS Linux Ubuntu Desktop 8.04.

Pada percobaan ini akan dibuat sebuah router yang dapat menghubungkan dua buah jaringan dimana jaringan yang satu sudah dapat konek dengan internet.

Saat ini kita akan memakai dua buah lan cards yang satu untuk dipasang pada sisi jaringan yang sudah terhubung ke internet dan yang satunya untuk ke client.

Range ip address dari jaringan 1 : 10.0.0.0/8
IP Address : 10.0.0.222 (Disisi router kita)
Netmask : 255.0.0.0
Network : 10.10.10.0
Broadcast : 10.255.255.255
DNS : 10.0.0.254

Selanjutnya kita tentukan IP address untuk client
Range ip address untuk client : 192.168.1.0/24
IP address : 192.168.1.1
Netmask : 255.255.255.0
Broadcast : 192.168.1.255
Network : 192.168.1.0

LANGKAH LANGKAH PENYETINGAN

1. Seting IP

Untuk cara konfigurasinya yaitu bisa klik panel System->Administration->Network; lalu muncul tampilan untuk meminta password administrasi, maka masukan password user.

clip_image002

Pilih bagian eth0 (network eksternal) lalu klik “Properties” . Uncheck pilihan “Enable roaming mode” lalu ganti “Configuration” menjadi “Static IP Address“. Masukan :

IP address : 10.0.0.222

Subnet mask : 255.0.0.0

Gateway address : 10.0.0.255

clip_image004

Lalu klik tombol “OK“.

Pilih bagian eth1 (network internal) lalu klik “Properties” . Uncheck pilihan “Enable roaming mode” lalu ganti “Configuration” menjadi “Static IP Address“. Masukan :

IP address : 10.0.0.1

Subnet mask : 255.255.0.0

Gateway address :

clip_image006

Lalu klik tombol “OK“.

Gateway pada eth1 dikosongkan, karena router harus menentukan default gateway-nya. Sedangkan default gateway yang digunakan adalah yang melalui eth0.
Selanjutnya, Pilih tab Pilih tab “DNS“ Klik “Add” pada bagian “DNS Servers” lalu masukan IP Address DNS servernya yaitu 10.0.0.254, tekan enter.

clip_image008

Tekan tombol “Close” apabila konfigurasi sudah sesuai. Secara otomatis IP Address sudah terkonfigurasi sendiri.

Selanjutnya lakukan ping dari komputer client ke computer router untuk memeriksa sambungan sudah benar atau belum dengan perintah :

· ping 192.168.1.1

clip_image010

Jika instalasi sudah benar maka akan muncul adalah tulisan:

· Reply from 192.168.1.1 bytes=32 time<1ms TTL=64

2. Konfigurasi IP Forward

IP Forward adalah suatu system yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari suatu jaringan ke jaringan yang lain. Untuk mengkonfigurasinya, kita perlu mengubah modul kernel ip_forward menjadi enable. Tapi sebelumnya harus mengubah password root dahulu.

Klik panel System->Administration->Users and Groups.

clip_image012

Pilih login name “root”, lalu klik Properties. Dibagian “Password”, ubah :

User password : password_root

Confirmation : password_root

Atau pilih “Generate random password”, apabila ingin menggunakan password yang dibuat secara random. Lalu klik tombol “OK”.

3. Mengaktifkan IP Forward

Untuk mengaktifkan IP Forward, kita dapat mengklik panel Applications->Accecories->Terminal Setelah muncul terminalnya, ketik perintah :

· su

· Password : password_root

Maka kita sudah masuk ke mode root, dengan ditandai oleh tanda “#” (tanda kress). Lalu dilanjutkan dengan perintah berikut :

· # gedit /etc/sysctl.conf

clip_image014

Apabila pada file “sysctl.conf” sudah terdapat entry-an “net.ipv4.ip_forward=0”, maka diubah nilainya menjadi 1.

clip_image016

Untuk mengecek apakah IP Forward sudah diaktifkan pada PC, maka digunakan perintah berikut :

· # sysctl net.ipv4.ip_forward

Apabila hasilnya adalah 1, maka IP Forward sudah di enable. Selanjutnya paket-paket yang dikirim oleh network sudah dapat diteruskan ke network yang lainnya.

clip_image018

4. Konfigurasi IP yang Dituju

Selanjutnya dilakukan konfigurasi IP pada saat routing.

Perintah di pakai adalah :

· # sudo iptables -t nat -A POSTROUTING -s 192.168.1.0/24 -d 0/0 -j MASQUERADE

Untuk mengecek hasilnya ketikan perintah berikut :

· # iptables -L -t nat

clip_image020

Maka akan terlihat seperti berikut :

Chain PREROUTING (policy ACCEPT)

Target prot opt source destination

Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)

target prot opt source destination

Chain POSTROUTING (policy ACCEPT)

target prot opt source destination

Selanjutnya lakukan ping dari computer client ke alamat 10.0.0.222

clip_image022

Jika sudah benar maka coba melakukan ping ke yahoo.com

clip_image024

Jika sudah bisa berarti kita sudah berhasil membuat router.

Sekarang kita buka program web browser

Kita coba buka website google.co.id

clip_image026

Kita coba juga website yahoo.com

clip_image028

Daftar Pustaka:

http://hanadi.wordpress.com/2007/11/07/pc-router/

http://isai.web.id/blog/membuat-pc-router-

READ MORE - Membuat PC Router dengan LINUX